DISCRETE TRANSISTOR VOLTAGE REGULATION FIG 15.17 FIG15.18 DAN 15.19
1.
Pendahuluan (kembali)
Dalam
sistem elektronika, kestabilan tegangan merupakan aspek yang sangat penting
demi menjaga kinerja dan keandalan perangkat. Salah satu cara untuk menjaga
kestabilan tegangan keluaran adalah dengan menggunakan regulator tegangan.
Regulator berfungsi mempertahankan tegangan output tetap konstan meskipun
terjadi perubahan pada tegangan input maupun beban.
Pada
praktikum ini, dilakukan simulasi dan analisis terhadap tiga jenis rangkaian regulator
tegangan diskrit yang umum digunakan, yaitu Op-Amp Series Regulator, Current
Limiting Regulator, dan Foldback Limiting Series Regulator.
Rangkaian
pertama, Op-Amp Series Regulator, merupakan jenis regulator linear yang
menggunakan op-amp untuk mengontrol transistor sebagai elemen pengatur
tegangan. Tegangan keluaran dikendalikan melalui pembanding antara tegangan
referensi dari dioda zener dan tegangan umpan balik dari pembagi tegangan.
Dengan konfigurasi ini, tegangan output dapat dipertahankan stabil terhadap
variasi input maupun beban.
Rangkaian
kedua, Current Limiting Regulator, memiliki kemampuan tambahan untuk membatasi
arus keluaran agar tidak melebihi ambang batas yang ditentukan. Mekanisme
pembatasan dilakukan dengan menggunakan transistor tambahan yang akan aktif
jika arus beban terlalu besar, sehingga mencegah kerusakan pada komponen akibat
arus berlebih.
Rangkaian
ketiga adalah Foldback Limiting Series Regulator, yang merupakan pengembangan
lebih lanjut dari regulator pembatas arus. Tidak hanya membatasi arus, tetapi
juga menurunkannya lebih drastis saat terjadi kondisi hubung singkat (short
circuit), sehingga perlindungan terhadap komponen menjadi lebih optimal.
Foldback limiting juga mengurangi daya yang dibuang saat terjadi gangguan,
membuatnya lebih efisien.
Dengan memahami dan menganalisis ketiga jenis regulator ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui prinsip kerja serta kelebihan masing-masing konfigurasi, dan mampu menerapkannya dalam perancangan sistem catu daya yang stabil dan andal.
2.
Tujuan (kembali)
1)
Menganalisis
kerja dari regulator tegangan menggunakan transistor diskrit.
2)
Menjelaskan
prinsip kerja regulator seri, pembatas arus, dan pembatas arus foldback.
3) Mengamati kestabilan tegangan keluaran terhadap perubahan beban.
3.
Alat dan Bahan (kembali)
A) ALAT
1) Multimeter
|
Alat
ukur untuk mengukur besar Tegangan dalam satuan Volt |
|
Alat
ukur untuk mengukur besar Arus dalam satuan Ampere |
2) Sumber
tegangan (DC atau sinyal dari function generator)
3) Software
B) BAHAN
1) Amplfier
2) Resistor
3) Transistor
5) Ground
4. Dasar Teori (kembali)
A) Pengertian Op-Amp (Operational
Amplifier)
Operational Amplifier atau lebih
dikenal dengan istilah Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang
berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa
Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi
sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada
rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational
Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional.
Op-Amp
umumnya dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat terdiri dari hanya 1
(satu) rangkaian Op-Amp atau bisa juga terdiri dari beberapa rangkaian Op-Amp.
Jumlah rangkaian Op-Amp dalam satu kemasan IC dapat dibedakan menjadi Single
Op-Amp, dual Op-Amp dan Quad Op-Amp. Ada juga IC yang didalamnya terdapat
rangkaian Op-Amp disamping rangkaian utama lainnya.
Sebuah
rangkaian Op-Amp memiliki dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting dan
satu Input Non-inverting serta memiliki satu Output (keluaran). Sebuah Op-Amp
juga memiliki dua koneksi catu daya yaitu satu untuk catu daya positif dan satu
lagi untuk catu daya negatif. Bentuk Simbol Op-Amp adalah Segitiga dengan
garis-garis Input, Output dan Catu dayanya seperti pada gambar dibawah ini.
Salah satu tipe IC Op-Amp yang populer adalah IC741.
Bentuk
dan Simbol IC Op-Amp
Berikut
dibawah ini adalah Simbol dan bentuk IC Op-Amp pada umumnya.
Terminal
yang terdapat pada Simbol Op-Amp (Operational Amplifier/penguat operasional)
diantaranya adalah :
1) Masukan non-pembalik
(Non-Inverting) +
2) Masukan pembalik (Inverting) –
3) Keluaran Vout
4) Catu daya positif +V
5) Catu daya negatif -V
Karakteristik
Op-Amp (Operational Amplifier)
Karakteristik
Faktor Penguat atau Gain pada Op-Amp pada umumnya ditentukan oleh Resistor
Eksternal yang terhubung diantara Output dan Input pembalik (Inverting Input).
Konfigurasi dengan umpan balik negatif (Negative Feedback) ini biasanya disebut
dengan Closed-Loop configuration atau Konfigurasi
Lingkar Tertutup. Umpan balik negatif ini akan menyebabkan penguatan atau gain
menjadi berkurang dan menghasilkan penguatan yang dapat diukur serta dapat
dikendalikan. Tujuan pengurangan Gain dari Op-Amp ini adalah untuk menghindari
terjadinya Noise yang berlebihan dan juga untuk menghindari respon yang tidak
diinginkan. Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar Terbuka atau Open-Loop
Configuration, besar penguatannya adalah tak terhingga (∞) sehingga
besarnya tegangan output hampir atau mendekati tegangan Vcc.
Secara
umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki
karakteristik sebagai berikut :
· Penguatan Tegangan Open-loop atau
Av = ∞ (tak terhingga)
· Tegangan Offset Keluaran (Output
Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
· Impedansi Masukan (Input Impedance)
atau Zin= ∞ (tak terhingga)
· Impedansi Output (Output Impedance
) atau Zout = 0 (nol)
· Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞
(tak terhingga)
· Karakteristik tidak berubah dengan
suhu
Pada
dasarnya, kondisi Op-Amp ideal hanya merupakan teoritis dan hampir tidak
mungkin dicapai dalam kondisi praktis. Namun produsen perangkat Op-Amp selalu
berusaha untuk memproduksi Op-Amp yang mendekati kondisi idealnya ini. Oleh
karena itu, sebuah Op-Amp yang baik adalah Op-Amp yang memiliki karakteristik
yang hampir mendekati kondisi Op-Amp Ideal
B) Transistor Bipolar
Transistor
bipolar adalah jenis perangkat semikonduktor yang dapat digunakan sebagai
sakelar atau penguat elektronik. Ini disebut “bipolar” karena bergantung pada
elektron dan lubang untuk operasinya. Pada dasarnya transistor bipolar memiliki
dua jenis utama: transistor NPN dan PNP. Sebutan ini mengacu pada jenis bahan
semikonduktor yang digunakan dalam konstruksi transistor
C) Resistor
Resistor
merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh
dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak
diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang
menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode
warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.
Seperti yang
dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh
Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk
Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5
Gelang.
Gelang warna
Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai
tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi
pada nilai Resistor yang bersangkutan.
Tabel dibawah
ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :
Perhitungan untuk Resistor dengan
4 Gelang warna :
Cara menghitung nilai resistor 4
gelang:
1)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang
ke-1 (pertama)
2)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang
ke-2
3)
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3
atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
4)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh pembacaan 4 gelang warna:
Gelang ke 1 : Coklat =
1
Gelang ke 2 : Hitam =
0
Gelang ke 3 : Merah =
2 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 100
Gelang ke 4 : Perak =
Toleransi 5%
Maka nilai Resistor tersebut
adalah 10 * 100 = 1.000 Ohm atau 1Kohm dengan toleransi 5%.
Perhitungan untuk Resistor dengan
5 Gelang warna :
Cara Menghitung Nilai Resistor 5
Gelang Warna:
1)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang
ke-1 (pertama)
2)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang
ke-2
3)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang
ke-3
4)
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4
atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
5)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh pembacaan 5 gelang warna:
Gelang ke 1 :
Merah = 2
Gelang ke 2 : Merah =
2
Gelang ke 3 : Hitam =
0
Gelang ke 4 : Hitam =
0 nol dibelakang angka gelang ke-3; atau kalikan 0
Gelang ke 5 : Emas =
Toleransi 5%
Maka nilai Resistor tersebut
adalah 220 * 1 = 220 Ohm dengan toleransi 5%.
Contoh-contoh perhitungan
lainnya :
Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan
5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10%
toleransi
Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm
D) Dasar Teori
Dioda zener adalah jenis dioda
khusus yang dirancang untuk beroperasi dalam kondisi reverse bias (bias balik)
dan tetap menjaga tegangan tetap (stabil) saat arus mengalir mundur melebihi
tegangan tertentu yang disebut tegangan zener (Vz).
Karakteristik Dioda Zener
·
Dalam
Bias Maju (Forward Bias): Dioda zener berperilaku seperti dioda biasa, yaitu
menghantarkan arus setelah melewati tegangan ambang maju (biasanya sekitar 0,7
V untuk dioda silikon).
· Dalam Bias Balik (Reverse Bias): Saat tegangan balik melampaui nilai tegangan zener (Vz), dioda akan mulai menghantarkan arus balik dan menjaga tegangan tetap sekitar Vz.
Tegangan zener adalah tegangan breakdown terkontrol di mana dioda mulai menghantarkan dalam kondisi bias balik. Nilai Vz ini tergantung pada desain dan material dioda, contohnya: Dioda zener 5,1 V akan menjaga tegangan tetap di 5,1 V saat arus balik mengalir.
5.
Prinsip Kerja [kembali]
Rangkaian
pertama Op-Amp Series Regulator
Prinsip Kerja:
Rangkaian
ini menggunakan op-amp sebagai pengendali tegangan output yang disuplai
oleh transistor Q1 (2N2222). Zener diode (6.2 V) berfungsi sebagai
referensi tegangan. Tegangan referensi diberikan ke input non-inverting (+)
op-amp, sementara tegangan umpan balik dari pembagi tegangan R2 dan R3
diberikan ke input inverting (−).
- Jika
tegangan output lebih rendah dari yang diharapkan, op-amp
meningkatkan tegangan basis Q1, membuat Q1 lebih konduktif sehingga
tegangan output naik.
- Jika tegangan output lebih tinggi, op-amp menurunkan tegangan basis Q1 sehingga mengurangi konduksi dan menurunkan tegangan output. Dengan mekanisme ini, tegangan output tetap stabil pada nilai tertentu.
Rangkaian
kedua Current Limiting Regulator
Prinsip
Kerja:
Pada rangkaian ini, terdapat dua transistor Q1 dan Q2, di mana Q2
berfungsi untuk membatasi arus yang mengalir ke beban.
- Op-amp
mengontrol Q1 untuk menjaga tegangan output tetap stabil seperti pada
rangkaian sebelumnya.
- Ketika
arus beban (IL) naik melebihi batas, tegangan jatuh pada resistor RSC
meningkat.
- Jika
tegangan ini cukup besar, maka Q2 akan aktif, menurunkan tegangan
basis Q1.
- Akibatnya,
Q1 mulai menutup, dan arus output dibatasi agar tidak melebihi
batas maksimum
Rangkaian
ketiga adalah Foldback Limiting Series Regulator,
Prinsip
Kerja:
Rangkaian ini merupakan pengembangan dari current limiting regulator
dengan metode foldback untuk meningkatkan perlindungan saat arus pendek
terjadi.
- Sama
seperti sebelumnya, op-amp mengendalikan transistor Q1 untuk stabilisasi
tegangan.
- Ketika
arus beban meningkat, tegangan pada resistor RSC naik, yang mengaktifkan
Q2.
- Namun
di sini, terdapat tambahan pembagi tegangan (R4, R5) yang membentuk sinyal
feedback ke Q2.
- Saat
terjadi kelebihan beban atau arus pendek, feedback ini menyebabkan Q2
mengurangi arus ke basis Q1 secara drastis.
- Hasilnya, arus keluaran akan jatuh drastis (foldback), bahkan lebih kecil dari nilai maksimum, demi mencegah kerusakan komponen.
7.
Soal Latihan [kembali]
Sebuah
foldback regulator menggunakan resistor Rs=0.5 Ω dan konfigurasi feedback yang
membuat arus drop kembali saat terjadi short-circuit. Arus maksimum normal =
1.2 A, dan saat short, arus dibatasi hingga 0.4 A.
a.
Hitung tegangan pada resistor Rs saat kondisi normal dan short.
b. Jelaskan keuntungan menggunakan foldback limiting dibanding pembatas arus
biasa.
jawab ;
Diketahui:
·
Rs=0.5 Ω
·
Arus
normal = 1.2 A
·
Arus short = 0.4 A
a.
Tegangan
Rs:
·
Normal:
VRs = I⋅Rs = 1.2⋅0.5 =0.6 V
·
Short:
VRs = 0.4⋅0.5 = 0.2 V
Jawaban: Normal = 0.6 V, Short = 0.2 V
b. Keuntungan Foldback Limiting:
Saat
short circuit terjadi, arus tidak hanya dibatasi, tetapi diturunkan lebih jauh
dari batas maksimum, sehingga panas dan daya pada transistor lebih kecil, dan
sistem lebih aman.
Jawaban ringkas: Mengurangi panas & arus saat short, menjaga komponen tetap aman.
8.
Percobaan [kembali]
Alur
Proses Percobaan
1) Identifikasi Tujuan dan Jenis
Rangkaian
Menentukan
tujuan percobaan yaitu mempelajari karakteristik dan prinsip kerja tiga jenis
regulator tegangan diskrit. Menyiapkan rangkaian yang akan dibuat:
·
Op-Amp
Series Regulator (Fig. 15.17)
·
Current
Limiting Voltage Regulator (Fig. 15.18)
·
Foldback
Limiting Series Regulator (Fig. 15.19)
2) Persiapan Komponen di Proteus
Membuka
software Proteus Design Suite.
Membuat
proyek baru untuk masing-masing rangkaian.
Mencari
dan memilih komponen yang dibutuhkan dari Library Proteus, yaitu:
·
Op-Amp
(misal OP1P)
·
Transistor
NPN (2N2222)
·
Dioda
Zener (BZY88C 8.2V)
·
Resistor
(sesuai nilai di skematik)
·
Ground,
DC voltage source, dan Virtual Voltmeter / Ammeter untuk pengukuran
·
(Opsional)
Load resistor (beban) di bagian output
3) Penyusunan Rangkaian pada Lembar
Kerja Proteus
Menyusun
komponen sesuai skematik:
Menghubungkan
pin sesuai konfigurasi pada gambar rangkaian yang diberikan.
Memastikan
arah komponen seperti dioda dan transistor sudah benar.
Menghubungkan
node ground dan tegangan supply dengan benar.
Memberi
label atau keterangan untuk tiap node (opsional, tapi membantu identifikasi
saat pengukuran).
4) Pengecekan dan Verifikasi Awal
Memastikan
tidak ada koneksi yang terputus.
Memverifikasi nilai komponen apakah sudah sesuai datasheet (misalnya nilai zener voltage, nilai resistor). Menyimpan file proyek sebagai backup.
5) Menjalankan Simulasi
Menekan
tombol "Play" atau "Run Simulation" pada
Proteus.
Mengamati
tegangan keluaran dan arus pada berbagai kondisi:
·
Beban
normal
·
Beban
berat
·
Simulasi
short circuit (khusus untuk current limiting dan foldback)
6) Pencatatan Data Hasil Simulasi
Mencatat
nilai tegangan output dan arus beban untuk masing-masing rangkaian.
Mengamati
bagaimana masing-masing regulator merespons terhadap perubahan beban dan input.
7) Analisis dan Perbandingan
·
Membandingkan
hasil dari ketiga rangkaian:
·
Seberapa
stabil tegangan keluarannya
·
Efektivitas
pembatasan arus
·
Efisiensi
saat terjadi beban lebih atau short circuit
Rangkaian
15.17
Rangkaian 15.18
9. Download
File [kembali]
Rangkaian
15.17 KlikDisini
Rangkaian
15.18 KlikDisini
Resistor
[download]
Baterai
[download]
Voltmeter
[download]
Rangkaian 15.19 KlikDisini
Amperemeter
[download]
2N2222
[download]
LM741
[download]
Diode
Zener [download]
Komentar
Posting Komentar