TUGAS BESAR KONTROL LIFT

[menuju akhir]

 

1. Pendahuluan (kembali)

Perkembangan teknologi otomasi telah membawa banyak kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah pada sistem transportasi vertikal seperti lift. Lift digunakan secara luas di gedung-gedung bertingkat sebagai sarana perpindahan manusia dan barang dari satu lantai ke lantai lainnya. Seiring meningkatnya kebutuhan dan kompleksitas gedung, dibutuhkan sistem kendali lift yang tidak hanya otomatis tetapi juga cerdas, aman, dan efisien.

Sistem lift konvensional yang hanya mengandalkan kontrol manual mulai ditinggalkan karena keterbatasannya dalam aspek keamanan dan kepraktisan. Oleh karena itu, rancangan sistem lift modern kini dilengkapi dengan berbagai jenis sensor yang dapat merespon kondisi sekitar secara real-time. Teknologi sensor seperti sensor beban, sensor api, dan sensor gerak/inframerah memungkinkan sistem lift mendeteksi berbagai kondisi penting seperti kelebihan muatan, adanya api atau asap, serta keberadaan manusia di depan pintu lift. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pengguna sekaligus mengoptimalkan efisiensi kerja lift.

Dalam tugas akhir ini, dirancang dan disimulasikan suatu sistem lift otomatis berbasis sensor menggunakan perangkat lunak Proteus. Sistem ini mencakup berbagai fitur penting, yaitu kontrol buka-tutup pintu dengan sensor sentuh, deteksi keberadaan pengguna dengan sensor infrared, deteksi api sebagai sistem keamanan tambahan, serta pengukuran berat beban untuk menghindari overload. Selain itu, sistem juga dirancang agar dapat bergerak menuju lantai tujuan secara otomatis berdasarkan masukan dari pengguna.

Dengan pendekatan ini, diharapkan sistem lift yang dikembangkan mampu memberikan solusi otomasi yang aman dan andal serta dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan sistem kendali lift skala nyata berbasis mikrokontroler atau embedded system di masa depan.

2. Tujuan(kembali)

1)  Memahami tentang sensor Sensor Load Cell, PIR, Touch Sensor, Flame sensor, dan sensor gas

2)  Dapat menggunakan aplikasi proteus untuk membuat rangkaian kontrol lift sederhana

3)  Dapat menggunakan komponen-komponen sederhana dalam membuat rangkaian kontrol lift pada aplikasi proteus

4)  Dapat memahami rangkaian yang dibuat pada aplikasi Proteus

3. Alat dan Bahan(kembali)

A.   ALAT

1)   Multimeter

2)   Power Suplay

B.   BAHAN

1)   Resistor

2)   LED

3)  Touch sensor

4)   Flame sensor

5)   Sensor Gas

6)   Load Cell

7) IR sensor

8)   Proteus

9)   OP-AMP

10)   Dioda

11)   Transistor NPN

12)   Speaker

13)   Motor DC

14)   Potensiometer

15)   Relay

4. Dasar Teori (kembali)

1)   Multimeter

Multimeter merupakan sebuah alat pengukur yang digunakan untuuk mengetahui ukuran tegangan listrik, resistansi, dan arus listrik. Dalam perkembangannya, dapat digunakan untuk mengukur temperatur, frekuensi, dan lainnya. Alat ini juga memiliki nama lain diantaranya AVO meter (Ampere, Volt, dan Ohm).

2)   Power Suplay

Power supply atau yang sering disingkat PSU (Power Supply Unit) adalah salah satu komponen paling vital dalam perangkat elektronik, terutama komputer. PSU berfungsi sebagai penghubung antara sumber listrik utama dan perangkat elektronik dengan mengubah arus listrik AC (Alternating Current) menjadi DC (Direct Current). Proses ini penting karena sebagian besar perangkat elektronik hanya dapat bekerja dengan arus DC. Tanpa power supply, perangkat tidak akan dapat berfungsi. Lebih dari itu, PSU juga bertanggung jawab memastikan arus listrik yang dialirkan ke perangkat tetap stabil, mencegah lonjakan daya, dan melindungi perangkat dari kerusakan akibat fluktuasi tegangan listrik.


Prinsip kerja Berdasarkan diagram blok di atas, artikel ini akan menjelaskan secara singkat prinsip operasi dari masing-masing blok catu daya DC (adaptor).


1)     Transformator (Transformer/Trafo)

Disingkat trafo atau trafo yang digunakan untuk catu daya DC, trafo step down (DC ) power supply. Transformer bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.  Induksi elektromagnetik terdiri dari dua bagian utama berupa lilitan, yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder. Belitan primer adalah masukan dari transformator dan keluarannya adalah belitan sekunder. Tegangan telah turun, namun masih terdapat arus bolak-balik (alternating current) pada keluaran trafo yang perlu diproses lebih lanjut.


2)     Rectifier (Penyearah Gelombang)

Penyearah atau penyearah gelombang adalah rangkaian elektronika pada catu daya (power supply) yang mengubah gelombang AC menjadi gelombang DC setelah menurunkan tegangan melalui  transformator step-down. Rangkaian penyearah biasanya terdiri dari komponen dioda. Ada dua jenis rangkaian penyearah untuk catu daya: “penyearah setengah gelombang” yang hanya terdiri dari satu  dioda, dan “penyearah gelombang penuh” yang terdiri dari dua atau empat dioda.


3)     Filter (Penyaring)

Dalam rangkaian catu daya (adaptor) filter digunakan untuk menyeimbangkan keluaran sinyal arus dari penyearah. Filter ini biasanya terdiri dari komponen kapasitor (kapasitor) jenis elektrolit atau ELCO (kapasitor elektrolit).


4)     Voltage Regulator (Pengatur Tegangan)

Voltage regulator yang mengatur tegangan keluaran yang tidak bergantung pada temperatur, arus beban, dan arus beban untuk menghasilkan tegangan dan arus DC (arus searah) yang konstan dan stabil. Tegangan input dari filter output. Regulator tegangan biasanya terdiri dari  dioda Zener, transistor, atau IC (Integrated Circuits). Dalam permintaan catu daya DC, regulator tegangan biasanya juga dilengkapi dengan proteksi hubung singkat, pembatas arus, atau proteksi tegangan lebih.

3)   Resistor

Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Data Sheet resistor


Tabel dbawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :

TABEL WARNA RESISTOR

Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna : 

Cara menghitung nilai resistor 4 gelang:

1)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)

2)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

3)   Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)

4)   Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh pembacaan 4 gelang warna:

Gelang ke 1 : Coklat = 1

Gelang ke 2 : Hitam = 0

Gelang ke 3 : Merah = 2 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 100

Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 5%

Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 100 = 1.000 Ohm atau 1Kohm dengan toleransi 5%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Cara Menghitung Nilai Resistor 5 Gelang Warna:

1)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)

2)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

3)   Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3

4)   Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)

5)   Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh pembacaan 5 gelang warna:

Gelang ke 1 : Merah = 2

Gelang ke 2 : Merah = 2

Gelang ke 3 : Hitam = 0

Gelang ke 4 : Hitam = 0 nol dibelakang angka gelang ke-3; atau kalikan  0

Gelang ke 5 : Emas = Toleransi 5%

Maka nilai Resistor tersebut adalah 220 * 1 = 220 Ohm dengan toleransi 5%.

Contoh-contoh perhitungan lainnya :
Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :

2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =

2200 – 5% = 2.090

2200 + 5% = 2.310

ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

4)   LED

Pengertian LED

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan  cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

 

Cara kerja LED



Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.

 

Warna-warna LED (Light Emitting Diode)

Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah, kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED 

 

Tegangan Maju (Forward Bias) LED

Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju (Forward Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju biasanya dilambangkan dengan tanda VF.

5)   Touch sensor

Sensor sentuh Kapasitif merupakan sensor sentuh yang sangat populer pada saat ini, hal ini dikarenakan Sensor Kapasitif lebih kuat, tahan lama dan mudah digunakan serta harga yang relatif lebih murah dari sensor resistif. Ponsel-ponsel pintar saat ini telah banyak yang menggunakan teknologi ini karena juga menghasilkan respon yang lebih akurat.

Berbeda dengan Sensor Resistif yang menggunakan tekanan tertentu untuk merasakan perubahan pada permukaan layar, Sensor Kapasitif memanfaatkan sifat konduktif alami pada tubuh manusia untuk mendeteksi perubahan layar sentuhnya. Layar sentuh sensor kapasitif ini terbuat dari bahan konduktif (biasanya Indium Tin Oxide atau disingkat dengan ITO) yang dilapisi oleh kaca tipis dan hanya bisa disentuh oleh jari manusia atau stylus khusus ataupun sarung khusus yang memiliki sifat konduktif.

Pada saat jari menyentuh layar, akan terjadi perubahaan medan listrik pada layar sentuh tersebut dan kemudian di respon oleh processor untuk membaca pergerakan jari tangan tersebut. Jadi perlu diperhatikan bahwa sentuhan kita tidak akan di respon oleh layar sensor kapasitif ini apabila kita menggunakan bahan-bahan non-konduktif sebagai perantara jari tangan dan layar sentuh tersebut.

 Konkesi pin

Prinsip kerja

    Touch sensor kapasitif bekerja berdasarkan prinsip perubahan kapasitansi yang terjadi ketika jari manusia atau benda konduktif lainnya mendekati permukaan sensor. Pada dasarnya, sensor ini menciptakan medan listrik kecil melalui elektroda yang ada di permukaannya. Saat tidak ada benda yang menyentuh, kapasitansi sistem berada dalam kondisi stabil. Namun, ketika jari manusia menyentuh atau mendekati sensor, terjadi perubahan pada medan listrik karena tubuh manusia bersifat konduktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kapasitansi yang kemudian dideteksi oleh rangkaian pengendali dalam sensor. Perubahan ini selanjutnya diubah menjadi sinyal digital yang menandakan adanya sentuhan. Touch sensor kapasitif banyak digunakan dalam sistem kontrol modern, termasuk sebagai tombol untuk membuka atau menutup pintu lift, karena memiliki kelebihan seperti keawetan, desain yang minimalis, serta responsif terhadap sentuhan tanpa memerlukan tekanan fisik seperti pada tombol mekanik.


Tegangan Kerja 

6)   Flame sensor

Pengertian Flame detector merupakan salah satu alat instrument berupa sensor yang dapat mendeteksi nilai intensitas dan frekuensi api dengan panjang gelombang antara 760 nm ~ 1100 nm.  Dalam suatu proses pembakaran pada pembangkit listrik tenaga uap, flame detector dapat mendeteksi hal tersebut dikarenakan oleh komponen-komponen pendukung dari flame detector. Sensor nyala api ini mempunyai sudut pembacaan sebesar 60 derajat, dan beroperasi normal pada suhu 25 – 85 derajat Celcius. Adapun unit flame detector dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


IR Flame/Fire Sensor Module Pinout

Cara kerja flame detector mampu bekerja dengan baik untuk menangkap nyala api untuk mencegah kebakaran, yaitu dengan mengidentifikasi atau mendeteksi  nyala apiyang dideteksi oleh keberadaan spectrum cahaya infra red maupun ultraviolet dengan menggunakan metode optic kemudian hasil pendeteksian itu akan diteruskan ke Microprosessor yang ada pada unit flame detector akan bekerja untuk membedakan spectrum cahaya yang terdapat pada api yang terdeteksi tersebut dengan sistem delay selama 2-3 detik pada detektor ini sehingga mampu mendeteksi sumber kebakaran lebih dini dan memungkinkan tidak terjadi sumber alarm palsu.


 Penjelasan rangkain kerja flame sensor



    Pin ke-8 dari IC LM393 dihubungkan ke sumber tegangan Vcc (5V), sementara pin ke-4 dihubungkan ke GND (ground). Sebuah kapasitor 100nF (paket SMD) dipasang di antara Vcc dan GND untuk menyaring noise dari catu daya.

Untuk indikator daya, digunakan sebuah LED yang terhubung dengan resistor 1K ohm. Anoda LED dihubungkan ke resistor, sementara katoda LED dihubungkan ke GND. Ujung lain dari resistor tersebut dihubungkan ke Vcc 5V, sehingga LED menyala saat rangkaian diberi daya.

Sensor cahaya berupa fotodioda memiliki terminal katoda yang dihubungkan ke resistor 10K ohm, dan anoda dihubungkan langsung ke GND. Ujung lain dari resistor 10K tersebut dihubungkan ke Vcc (membentuk konfigurasi pembagi tegangan). Titik sambungan antara fotodioda dan resistor 10K ini disambungkan ke terminal non-inverting (+) dari IC LM393. Sebuah kapasitor 100nF juga dipasang dari terminal ini ke GND untuk menstabilkan sinyal.

Selanjutnya, sebuah potensiometer dihubungkan sedemikian rupa sehingga salah satu ujung tetapnya dihubungkan ke Vcc dan ujung tetap lainnya ke GND. Ujung tengah (variabel) dari potensiometer dihubungkan ke terminal inverting (-) dari LM393. Dengan cara ini, potensiometer digunakan untuk mengatur ambang deteksi (threshold) dari sensor api.

Untuk bagian output, digunakan LED indikator. Anoda LED dihubungkan ke Vcc, sementara katoda dihubungkan ke resistor 1K ohm, dan ujung resistor tersebut dihubungkan ke pin 1 (output) dari LM393. Selain itu, sebuah resistor 10K ohm juga dihubungkan antara pin output LM393 dan Vcc untuk menjaga kestabilan sinyal output.

Prinsip flame detector menggunakan metode optic yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api, serta spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi api atau flame.flame detector juga mapu membedakan antara false alarm atau peringatan palsu dengan api sungguhan melalui komponen system yang dirancang dengan fungsi mendeteksi adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.

\

Grafik Flame sensor terhadap nilai resistansi

 

Berdasarkan grafik respon di atas diperoleh bahwa terdeteksinya panas api maka akan semakin kecil resistansi pada sensor Flame Sensor sehingga memungkinkan arus untuk mengalir dan sensor ON.

 

Cara Kerja Sensor Flame dan karakteristik

Cara kerja sensor ini yaitu dengan mengidentifikasi atau mendeteksi  nyala api dengan menggunakan metode optik. Pada sensor ini menggunakan tranduser yang berupa infrared (IR) sebagai sensing sensor. Tranduser ini digunakan untuk mendeteksi akan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Yang dimana memungkinkan alat ini untuk membedakan antara spectrum cahaya pada api dengan spectrum cahaya lainnya seperti spectrum cahaya lampu.

Berikut adalah contoh simulasi sensor flame menggunakan software “Proteus”.

 

Fitur dari flame sensor

·    Tegangan operasi antara 3,3 – 5 Vdc

·    Terdapat 2 output yaitu digital output dan analog output yang berupa tegangan

·    Sudah terpackage dalam bentuk modul

·    Terdapat potensiometer sebagai pengaturan sensitivitas sensor dalam mensensing

7)   Sensor Gas

Salah satu sensor gas yang sering digunakan adalah Modul Sensor Gas MQ-7. Modul Sensor Gas MQ-7 adalah sebuah sensor berbasis semikonduktor yang dirancang khusus untuk mendeteksi keberadaan gas karbon monoksida (CO) di udara. Sensor ini termasuk dalam seri MQ yang diproduksi oleh Hanwei Electronics, sebuah perusahaan terkenal dalam pembuatan sensor gas berkualitas. MQ-7 bekerja dengan mengubah konsentrasi gas menjadi sinyal listrik yang dapat diukur. Sensor ini banyak digunakan dalam sistem deteksi kebocoran gas, alat monitoring udara, dan perangkat keamanan industri karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap CO.  

 

Prinsip kerja sensor

Prinsip kerja sensor gas seperti MQ-7 didasarkan pada perubahan resistansi permukaan sensor (Rs) yang dipengaruhi oleh adanya gas tertentu, dalam hal ini karbon monoksida (CO). Nilai resistansi sensor Rs dapat dihitung melalui sinyal tegangan output (VRL) yang dihasilkan oleh resistor beban RL yang disusun seri dengan sensor. Hubungan antara Rs dan RL dijelaskan dengan rumus:


Ketika sensor dipindahkan dari udara bersih ke lingkungan yang mengandung karbon monoksida (CO), sinyal output akan mengalami perubahan yang dapat diamati dalam satu atau dua siklus pemanasan lengkap, yaitu selama 2,5 menit dari tegangan tinggi ke tegangan rendah. Lapisan sensitif dari komponen sensor gas MQ-7 terbuat dari SnO₂ (timah dioksida) yang memiliki kestabilan tinggi, sehingga memberikan stabilitas jangka panjang yang sangat baik. Dengan penggunaan yang tepat, masa pakai sensor ini dapat mencapai hingga 5 tahun.

 

Perbandingan sensor gas mq-7 dengan yang lainnya


Kurva sensivitas sensor



Spesifikasi sensor



Struktur dan konfigurasi sensor



Pengaruh sensor terhadap suhu


Gambar tersebut menunjukkan ketergantungan tipikal sensor gas MQ-7 terhadap suhu dan kelembaban udara. Dalam konteks ini, Ro adalah resistansi sensor saat mendeteksi 100 ppm gas karbon monoksida (CO) di udara pada kondisi standar, yaitu suhu 20°C dan kelembaban relatif (RH) sebesar 33%. Sementara itu, Rs adalah resistansi sensor saat mendeteksi 100 ppm CO, tetapi pada kondisi suhu dan kelembaban yang berbeda-beda. Perbandingan antara Rs dan Ro memberikan informasi mengenai pengaruh perubahan suhu dan kelembaban terhadap performa sensor MQ-7.

8)   Load Cell

Load cell adalah sebuah sensor yang digunakan untuk mengukur gaya atau beban yang bekerja pada suatu objek. Sensor ini umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi industri, seperti alat pengukur berat, peralatan pengujian material, alat timbangan, dan sebagainya. Cara kerja load cell didasarkan pada perubahan resistansi material khusus yang dipengaruhi oleh tekanan atau gaya yang diterapkan.

Ada beberapa jenis load cell, tetapi yang paling umum adalah strain gauge load cell. Strain gauge load cell terdiri dari satu atau beberapa strain gauge yang ditempatkan di dalam tubuh load cell. Strain gauge adalah sensor resistansi yang mengubah perubahan tekanan atau gaya menjadi perubahan resistansi. Ketika gaya diterapkan pada load cell, ia menyebabkan deformasi pada material strain gauge, yang kemudian mengubah resistansinya.

 

Berikut adalah langkah-langkah umum dalam cara kerja load cell menggunakan strain gauge:

1)     Gaya diterapkan pada load cell: Gaya atau beban yang ingin diukur diterapkan pada load cell melalui elemen penghubung, seperti pelat, kait, atau celah yang terdapat pada load cell.

2)     Deformasi pada strain gauge: Ketika gaya diterapkan pada load cell, material strain gauge mengalami deformasi atau perubahan bentuk. Deformasi ini menyebabkan perubahan panjang atau luas strain gauge, yang pada gilirannya mengubah resistansinya.

3)     Perubahan resistansi: Strain gauge biasanya terbuat dari material yang mempunyai sifat resistansi yang berubah sesuai dengan perubahan panjang atau luasnya. Ketika load cell mengalami deformasi, resistansi strain gauge juga berubah.

4)     Pengukuran resistansi: Perubahan resistansi strain gauge kemudian diukur menggunakan jembatan Wheatstone atau rangkaian elektronik serupa. Jembatan Wheatstone adalah rangkaian yang terdiri dari empat resistansi, termasuk strain gauge, yang diatur sedemikian rupa sehingga perubahan resistansi strain gauge dapat diukur sebagai perubahan tegangan output.

5)     Konversi tegangan menjadi satuan pengukuran: Tegangan output dari jembatan Wheatstone kemudian dikonversi menjadi satuan pengukuran yang sesuai dengan aplikasi tertentu. Hal ini biasanya melibatkan penggunaan amplifier atau konverter sinyal untuk mengubah tegangan menjadi satuan seperti kilogram, pound, Newton, atau satuan lainnya.

 

Dalam beberapa aplikasi yang lebih kompleks, load cell juga dapat dilengkapi dengan perangkat elektronik tambahan, seperti penguat sinyal, pengolah data, atau komunikasi dengan sistem lain.

Itulah gambaran umum tentang cara kerja load cell menggunakan strain gauge. Dengan mengukur perubahan resistansi pada strain gauge, load cell mampu mengonversi gaya atau beban yang diterapkan menjadi sinyal listrik yang dapat diukur dan digunakan untuk berbagai aplikasi.


9)   IR sensor

Sensor Infrared (IR) adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk mendeteksi cahaya inframerah (infrared/IR). Sensor ini biasanya terdiri dari dua bagian utama, yaitu LED inframerah sebagai pemancar (transmitter) dan fotodioda atau fototransistor sebagai penerima (receiver). Saat ini, sensor inframerah juga tersedia dalam bentuk modul terintegrasi yang dikenal dengan nama IR Detector Photomodules. Modul ini merupakan chip detektor inframerah digital yang telah menggabungkan fotodioda dan penguat dalam satu kemasan.

Salah satu jenis penerima inframerah yang umum digunakan adalah TSOP, yang merupakan produk dari TEMIC Semiconductors Optoelectronics. TSOP memiliki tiga pin utama, yaitu Output (OUT), Vcc (5V DC), dan Ground (GND). Sensor TSOP memiliki beberapa fitur unggulan, seperti keluaran aktif rendah, konsumsi daya rendah, serta kompatibilitas dengan logika TTL dan CMOS. Modul ini juga dilengkapi dengan filter frekuensi carrier antara 30–56 kHz, sehingga dapat langsung mengubah sinyal frekuensi tersebut menjadi logika digital. Ketika sensor TSOP menerima sinyal dengan frekuensi carrier yang sesuai, maka keluarannya akan berlogika 0, dan jika tidak ada sinyal yang diterima, maka keluarannya akan berlogika 1.

 

 Spesifikasi sensor


 

Deskripsi PIN


11)    OP-AMP

        

Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang kecil. 

Op-Amp memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:       
a. Penguat tegangan tak berhingga (AV =
)            
b. Impedansi input tak berhingga (rin =
)                           
c. Impedansi output nol (ro = 0) d. Bandwidth tak berhingga (BW =
)     
d. Tegangan offset nol pada tegangan input (Eo = 0 untuk Ein = 0) 

Amplifier Operasional:

Penguat Pembalik:

Istilah berikut digunakan dalam rumus dan persamaan untuk Penguatan Operasional.

·         R f  = Resistor umpan balik

·         R in  = Resistor Masukan

·         V in = Tegangan masukan

·         V keluar  = Tegangan keluaran

·         Av  = Penguatan Tegangan

Penguatan tegangan:

Gain loop dekat dari penguat pembalik diberikan oleh;

Tegangan Keluaran:

Tegangan keluaran tidak sefasa dengan tegangan masukan sehingga dikenal sebagai  penguat pembalik .

 

Penguat Penjumlahan:

 

Tegangan Keluaran:

Output umum dari rangkaian yang diberikan di atas adalah;

Jumlah Tegangan Input Amplifikasi Terbalik:

jika resistor inputnya sama, outputnya adalah jumlah tegangan input yang diskalakan terbalik,

Jika R 1  = R 2  = R 3  = R n  = R

Output yang Dijumlahkan:

Ketika semua resistor dalam rangkaian di atas sama, outputnya adalah jumlah terbalik dari tegangan input.

Jika R f  = R 1  = R 2  = R 3  = R n  = R;

V keluar  = – (V 1  + V 2  + V 3  +… + V n )

Penguat Non-Pembalik:

Istilah yang digunakan untuk rumus dan persamaan Penguat Non-Pembalik.

·         R f  = Resistor umpan balik

·         R = Resistor Tanah

·         V masuk = Tegangan masukan

·         V keluar  = Tegangan keluaran

·         Av  = Penguatan Tegangan

Keuntungan Penguat:

Gain total penguat non-pembalik adalah;

Tegangan Keluaran:

Tegangan output penguat non-pembalik sefasa dengan tegangan inputnya dan diberikan oleh;

 

Unity Gain Amplifier / Buffer / Pengikut Tegangan:

Jika resistor umpan balik dilepas yaitu R f  = 0, penguat non-pembalik akan menjadi pengikut / penyangga tegangan 

Penguat Diferensial:

Istilah yang digunakan untuk rumus Penguat Diferensial.

·         R f  = Resistor umpan balik

·         R a  = Resistor Input Pembalik

·         R b  = Resistor Input Non Pembalik

·         R g  = Resistor Ground Non Pembalik

·         V a = Tegangan input pembalik

·         V b = Tegangan Input Non Pembalik

·         V keluar  = Tegangan keluaran

·         Av  = Penguatan Tegangan

Keluaran Umum:

tegangan keluaran dari rangkaian yang diberikan di atas adalah;

Keluaran Diferensial Berskala:

Jika resistor R f  = R g   & R a  = R b  , maka output akan diskalakan perbedaan dari tegangan input;

Perbedaan Penguatan Persatuan:

Jika semua resistor yang digunakan dalam rangkaian adalah sama yaitu R a  = R b  = R f  = R g  = R, penguat akan memberikan output yang merupakan selisih tegangan input;

V keluar  = V b  – V a

Penguat Pembeda

Penguat Operasional jenis ini memberikan tegangan output yang berbanding lurus dengan perubahan tegangan input. Tegangan keluaran diberikan oleh;

Input gelombang segitiga => Output gelombang persegi panjang

Input gelombang sinus => Output gelombang kosinus

Penguat Integrator

 

Penguat ini memberikan tegangan keluaran yang merupakan bagian integral dari tegangan masukan.

12)    Transistor NPN

Transistor merupakan alat semikonduktor yang digunakan sebagai penguat sinyal, pemutus atau penyambung sinyal (switching), stablisasi tegangan dan fungsi lainnya. Transistor memiliki 3 kaki elektroda yaitu basis, kolektor, dan emitor.


Spesifikasi transistor

13)    Buzzer

Buzzer Elektronika adalah sebuah komponen elektronika yang dapat menghasilkan getaran suara berupa gelombang bunyi. Buzzer elektronika akan menghasilkan getaran suara ketika diberikan sejumlah tegangan listrik dengan taraf tertentu sesuai dengan spesifikasi bentuk dan ukuran buzzer elektronika itu sendiri. Pada umumnya, buzzer elektronika ini sering digunakan sebagai alarm karena penggunaannya yang cukup mudah yaitu dengan memberikan tegangan input maka buzzer elektronika akan menghasilkan getaran suara berupa gelombang bunyi yang dapat didengar manusia.


Pada dasarnya, setiap buzzer elektronika memerlukan input berupa tegangan listrik yang kemudian diubah menjadi getaran suara atau gelombang bunyi yang memiliki frekuensi berkisar antara 1 - 5 KHz. Jenis buzzer elektronika yang sering digunakan dan ditemukan dalam rangkaian adalah buzzer yang berjenis Piezoelectric (Piezoelectric Buzzer). Hal itu karena Piezoelectric Buzzer memiliki berbagai kelebihan diantaranya yaitu lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah penggunaanna ketika diaplikasikan dalam rangkaian elektronika.

 

Prinsip kerja buzzer


Grafik kerja

Spesifikasi buzzer

14)    Motor DC

Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC dan Bor Listrik DC.


            Prinsip Kerja Motor DC

Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator dan Rotor. Stator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah bagian yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar. Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field winding (kumparan medan magnet), Armature Winding (Kumparan Jangkar), Commutator (Komutator) dan Brushes (kuas/sikat arang).

Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti.

Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub utara magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.

15)    Potensiometer

 

Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam 

Komponen Potensiometer adalah : 

1)   Penyapu atau disebut juga dengan Wiper 

2)   Element Resistif 

3)   Terminal 

 

jenis -jenis Potensiometer 

1)   Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.

2)    Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.

3)   Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya.

 

 Fungsi-fungsi Potensiometer :

1)     Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.

2)     Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply

3)      Sebagai Pembagi Tegangan

4)     Aplikasi Switch TRIAC

5)     Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser

6)     Sebagai Pengendali Level Sinyal

16)    Relay

Relay adalah sebuah komponen elektronik yang difungsikan sebagai sakelar elektrik. Relay berfungsi dengan adanya arus listrik. Adanya relay juga akan membuat komponen dapat mengendalikan arus listrik yang besar. Selain itu relay merupakan salah satu bagian komponen elektronika yang dapat mengimplementasikan Logical Switching. 

Simbol Relay :

Cara Kerja : Apabila coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya elektromagnetik yang dapat menarik armature untuk merubah switch contact point. Apabila coil tersebut sudah tidak dialiri arus listrik, maka Armature akan kembali lagi ke posisi Normally Close. Umumnya, coil yang digunakan oleh relay untuk mengubah switch contact point ke posisi NC hanya membutuhkan arus listrik yang kecil.

Kapasitas Pengalihan Maksimum:

5. Prinsip Kerja [kembali]

a)      Sensor Touch pertama diletakkan di dekat pintu Lift (Membuka Lift)


Sensor touch pertama, ketika touch sensor belogika 1 atau mendeteksi adanya orang yang menekan tombol (dari luar) sehingga pintu lift terbuka dimana ada arus keluar dari Vout sensor sebesar 5 V,Diumpankan ke kaki non inverting rangkaian voltage follower dimana Vout 5V lalu diumpankan ke R1 lalu kaki base transistor menuju ke kaki emitor transistor dan menuju ke ground. karena arus yang keluar di kaki transistor (o,88V) sudah cukup untuk mengaktifkan transistor(Vbe > 0,7V) sehingga transistor aktif sehingga arus yang mengalir dari power supply 12V diumpankan ke R6 menuju kaki base ke kaki emitor dan diteruskan ke ground, power supply 12V melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga mengaktifkan motor yang mengakibatkan pintu terbuka, pintu terbuka ditandai dengan aktifnya led berwarna biru sebagai indikator.

 

b)     Sensor Touch kedua diletakkan di dekat pintu Lift (Menutup Lift)

 

 

Sensor touch kedua, ketika touch sensor belogika 1 atau mendeteksi adanya orang yang menekan tombol (dari dalam) sehingga pintu lift tertutup dimana ada arus keluar dari Vout sensor sebesar 5 V, Diumpankan ke kaki non inverting rangkaian non inverting amplifier dimana Vo = ((Rf/Ri) + 1) Vi, lalu diumpankan ke R25 sebesar 11 V lalu diteruskan ke rangkaian fixed bias ke kaki base transistor menuju ke kaki emitor transistor dan menuju ke ground. karena arus yang keluar di kaki transistor (Vbe = 0,85V) sudah cukup untuk mengaktifkan transistor (Vbe > 0,7V)sehingga transistor aktif sehingga arus yang mengalir dari power supply 12V diumpankan ke R5 menuju kaki base ke kaki emitor dan diteruskan ke ground,power supply 12V melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga mengaktifkan motor yang mengakibatkan pintu tertutup, pintu tertutup ditandai dengan aktifnya led berwarna hijau sebagai indikator.

 

c)     Sensor Touch ketiga diletakkan di diekat pintu Lift (Naik Turun Lift)

 

 

        Sensor touch ketiga, ketika touch sensor belogika 1 atau mendeteksi adanya orang yang menekan tombol (dari luar) sehingga lift naik/turun dimana ada arus keluar dari Vout sensor sebesar 5 V, diumpankan ke kaki non inverting rangkaian voltage follower,lalu Vout sebesar 5V diumpankan ke R19, lalu menuju ke kaki base transistor rangkaian fixed bias, menuju ke kaki emitor transistor dan menuju ke ground. karena arus yang keluar di kaki transistor(Vbe = 0,81V) sudah cukup untuk mengaktifkan transistor (Vbe > 0,71V) sehingga transistor aktif sehingga arus yang mengalir dari power supply 12 V dimupankan ke R22 menuju kaki base ke kaki emitor dan diteruskan ke ground, power supply sebesar 12 V melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga mengaktifkan motor yang mengakibatkan lift akan naik/turun.

 

d)    Sensor Gas diletakkan di langit langit Lift (Menghisap Gas)

 

 

    Ketika sensor merespon asap dan gas, maka sensor akan berlogika satu dan arus akan mengalir dari sensor menuju kaki non inverting op amp, tegangan akan terbaca sebesar 5 volt. Rangkaian yang dipakai adalah rangkaian buffer/voltage follower dimana penguatan (A=vo/vi=1) sehingga vin = vout sebesar 5 volt.Pada transistor menggunakan voltage divider biasing sehinga R8 dan R2 akan membagi tegangan menghasilkan tegangan bias. Transistor akan on, sehingga arus dari tegangan sebesar 9V akan mengalir menuju relay lalu kolektor ke emitor dan ke ground. Switch relay akan berpindah ke kiri dan tegangan baterai sebesar 12V akan mengalirkan arus ke cabang pertama arus akan mengalir menggerakkan motor untuk mengisap gas dan asap.

 

e)    Sensor Flame diletakkan di langit langit Lift (Mendeteksi Kebakaran)

 

 

    Ketika terdeteksi api, maka sensor akan berlogika satu dan arus akan mengalir dari sensor menuju kaki non inverting op amp, tegangan akan terbaca sebesar 5 volt. Rangkaian yang dipakai adalah rangkaian buffer/voltage follower dimana penguatan (A=vo/vi=1) sehingga vin = vout sebesar 5 volt.Pada transistor menggunakan self bias sehinga tegangan basis akan mengatur arus basis.Transistor akan on, sehingga arus dari tegangan basis sebesar 9 V akan mengalir menuju relay lalu kolektor ke emitor dan ke ground. Switch relay akan berpindah ke kiri dan tegangan baterai sebesar 12V akan mengalirkan arus ke cabang pertama melewati resistor sebesar 220 ohm kemudian masuk ke LED sehingga lampu akan menyala, lalu cabang kedua arus akan mengalir menggerakkan motor untuk membuka pintu, cabang ketiga yaitu arus akan mengalir ke buzzer dan buzzer akan berbunyi sbg alarm kebakaran.

f)    Loadcell diletakkan di bawah Lift (Mendeteksi beban maksimal)

 

 

  Pada sensor loadcell berguna untuk mengukur beban maksimal pada lift, jika melebihi berat beban pada lift, maka sensor loadcell akan aktif yang menyebabkan pintu lift terbuka kembali dan buzzer berbunyi untuk menyuruh orang agar keluar dan indikator led hidup. didapat Vout sebesar 19,4 mV diumpankan ke  kaki positif op amp rangkaian non inverting amplifier (Vo = ((Rf/Ri) + 1) Vi) didapat Vout sebesar 4,11 V lalu diumpankan ke kaki R12 dan ke rangkaian detector non inverting amplifier didapat Vout sebesar 11 V lalu diumpankan ke rangkaian fixed bias dimana didapatkan Vbe sebesar 0,86 V, sehingga syarat untuk aktifnya transistor Vbe > 0,7 V, maka power supply sebesar 5v diumpankan ke R3 menuju kaki base ke kaki emitor dan diteruskan ke ground, power supply sebesar 5v melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan diteruskan ke ground. Karna adanya arus melewati relay maka switch berpindah dari kanan ke kiri dan terjadi loop dimana motor bergerak untuk membuka pintu dan buzzer berbunyi ditandai dengan Led menyala.

 

g)     Sensor Infrared pertama diletakkan di depan Lift (Mendeteksi benda)

 

 

    Sensor Infrared pertama, ketika arus keluar dari Vout sensor sebesar 5 V, lalu menuju ke R1 sebesar yaitu rangkaian non inverting adder amplifier (Vo = -VRF = -I.RF = -[V1/R1+V2/R2]RF). lalu didapatkan output sebesar 2 v memasuki relay dan menuju ground. sehingga arus yang mengalir dari power supply yang melewati relay menuju ke R4  sebesar 0,56 V lalu memasuki kaki base rangkaian self bias didapat vout sebesar 0,74  V lalu kaki base transistor menuju ke kaki emitor transistor dan menuju ke ground. karena arus yang keluar di kaki transistor sudah cukup untuk mengaktifkan transistor sehingga transistor aktif sehingga arus yang mengalir dari power supply melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga mengaktifkan motor yang mengakibatkan pintu terbuka, pintu terbuka ditandai dengan aktifnya led berwarna biru sebagai indikator

 

h)     Sensor Infrared kedua diletakkan di atas Lift (Mendeteksi lantai baru)

 

 

    Sensor Infrared kedua, ketika Infrared sensor belogika 1 atau mendeteksi lantai baru sehingga lift akan berhenti, dimana ada arus keluar dari Vout sensor sebesar 5 V, lalu menuju ke R23 sebesar 0,86 V lalu kaki base transistor menuju ke kaki emitor transistor dan menuju ke ground. karena arus yang keluar di kaki transistor sudah cukup untuk mengaktifkan transistor sehingga transistor aktif sehingga arus yang mengalir dari power supply melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga menghentikan motor yang mengakibatkan lift berhenti.

5. Percobaan [kembali]

A) Cara Membuka Proteus

1.   Buka aplikasi Proteus yang telah terinstal di komputer atau laptop.

2.   Pilih menu "New Project" untuk membuat proyek simulasi baru.

3.   Masukkan nama proyek dan tentukan lokasi penyimpanan file.

4.   Klik “Next” terus hingga sampai pada halaman kerja schematic.

5.   Setelah masuk ke halaman schematic, proyek siap digunakan untuk merancangrangkaian.

B) Cara Merangkai Komponen di Proteus

1.   Klik tombol “P” (Pick Devices) untuk mencari dan memilih komponen.

2.   Ketik nama komponen yang dibutuhkan (misalnya: resistor, kapasitor, LED, transistor, mikrokontroler, dll).

3.   Tambahkan komponen ke area kerja (schematic) satu per satu.

4.   Susun komponen sesuai desain rangkaian yang diinginkan.

5.   Gunakan tool "Wire" untuk menghubungkan kaki-kaki komponen.

6.   Tambahkan koneksi VCC dan GND pada komponen yang memerlukan catu daya.

7.   Jika menggunakan mikrokontroler, unggah program .hex melalui properti mikrokontroler.

8.   Setelah rangkaian lengkap dan terhubung, klik tombol "Play" untuk menjalankan simulasi.

9.   Amati perilaku rangkaian dan sesuaikan jika terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Rangkaian kontrol lift

6. Download File [kembali]


Rangkaian Kontrol Lift [unduh]

Datasheet Op-Amp [unduh]

     Datasheet LED [unduh]

     Datasheet LDR [unduh]

     Datasheet Batterai [unduh]

     Datasheet Speaker [unduh]

     Datasheet Motor DC [unduh]

     Datasheet Relay [unduh]

     Datasheet Resistor [unduh]

     Datasheet Diode [unduh]

     Datasheet Buzzer [unduh]

     Datasheet Flame Sensor [unduh]

     Datasheet Voltmeter [unduh]

     Datasheet Transistor NPN [unduh]

     Datasheet PIR Sensor [unduh]

     Datasheet Sound Sensor [unduh]

     Datasheet Sensor Magnet [unduh]

     Datasheet Sensor Gas [unduh]

     Datasheet Touch Sensor [unduh]

     Datasheet Optocoupler [unduh]

     Datasheet Loadcell [unduh]

     Library Sensor Proteus [unduh]

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUL 1

DISCRETE TRANSISTOR VOLTAGE REGULATION FIG 15.17 FIG15.18 DAN 15.19